Selasa, 14 Oktober 2014

KISAH SANG PENAMBAL BAN

HATI LILLAH  SEORANG TUKANG BAN DI SURABAYA


Ini kisah yang tak mungkin terlupakan. Pertemuan dengan seorang tukang tambal ban yang benar-benar mengubah hidup. Ternyata benar, membantu orang orang lain itu dapat memudahkan aliran rezeki.

Pagi-pagi buta, dengan berkendara sepeda motor, saya mengantar istri mengikuti pelatihan Guru. Baru setengah perjalanan, tiba-tiba motor mudah oleng ke kanan dan ke kiri. Ketika diperiksa, ban depan gembos. Saya merutuk karena merasa tersinggung.
Bukan apa-apa, saya juga harus membagi waktu ke kantor supaya tidak terlambat. Tetapi ini malah bocor. Akhirnya terpaksa istri naik bus kota. Sementara saya mencari tukang tambal ban terdekat. Nyatanya, sejauh berjalan sambil ngos-ngosan, tak tampak ada tukang tambal ban. Saya memaki habis-habisan.

Untunglah, di dekat sebuah pasar, ketemu juga dengan tukang tambal ban. Dengan semangat segera saja motor saya tepikan. “Maaf pak. Belum operasi. Mungkin nanti siang atau sore. Saya belum tidur,” kata si tukang tambal. Amalaakk, rusuh hati saya. Kemudian dia menujukkan beberapa lokasi tambal ban. Kembali saya merutuk. Jauh nian semua data yang diberikan. Padahal belum sarapan lagi.

Apalagi, dua lokasi tambal ban juga cuma terlihat tulisannya saja. Alias belum muncul tukangnya. Saya melirik jam. Sudah hampir jam delapan. Baru tukang tambal ketiga, saya bisa bernapas lega. Tanpa bicara terlalu banyak, si tukang langsung main tangkas. Cepat dan ringkas sekali, batin saya.

“Sampean duduk saja mas sambil menunggu,” katanya, sembari menunjuk kayu persegi panjang. Namun belum sempat duduk, saya merasakan sakit di perut. Saya jadi ingat, sebelum berangkat saya masih sempatkan minum kopi sisa tadi malem. Mungkin itulah penyebab sakitnya perut. Saya mengamati sekitar, tak ada tanda-tanda toilet. Pinggir jalan semuanya rumah-rumah besar yang tak mungkin saya tumpangi ke toilet.

“Pak, saya kan sedang sakit perut ya. Kira-kira di mana ya pak, ada toilet?” pak tukang tambal ban menoleh. Ia tampak berpikir sebentar. Ia menoleh ke arah depan. Saya baru paham maksudnya. Di depan, tepat sebrang jalan, terdapat sungai besar Kali Mas. Sungai besar itu dibentang jalan dengan jembatan melegkung. Tapi, mana mungkin buang hajat di sungai besar begitu? Bisa keliatan semua pengendara jalan ya lumayan memalukan tokh?
“Masak di sungai pak? Apa tidak ada tempat lain?”
“Bukan di sungainya mas. Tapi di bawah jembatannya.”
“Bawah jembatan?? Maksudnya?”
“Coba nanti sampean sebrangi jalan. Turun di sisi jembatan. Tepat di bawah jembatan kan ada pembatas sungainya. Sampean beolnya pas di bawah jembatan itu. Di situ juga tempat saya tidur..”
Saya melongo. Tempat tidur??
“Sampean bingung? Mari saya antar saja,” tukas pak Tamban Ban. Kami bersama menyebrang jalan. Saat tiba di pinggir sungai, ternyata tepi pagar sungai memiliki jalan kecil berukuran setengah meter. Kami melompat ke jalan kecil. Pak Tambal Ban menunjuk ke bawah Jembatan. Di sana, terlihat pagar bambu yang menutupi batas antara luar dan dalam jembatan.

“Sampean buka pintunya. Masuklah, di sana ada tempat tidur saya. Ada tangga turun ke sungai juga. Hati-hati ya mas..” jelasnya detil. Saya segera bergerak, sementara pak Tambal Ban naik kembali ke atas jalan raya.

Saya termangu saat pintu dibuka. Pas di tengah jembatan, terlihat bangunan kecil yang dipagar kayu dan kardus. Sepertinya, itulah rumah yang dimaksud pak Tambal Ban. Saya mengelus dada. Bagaimana ia bisa betah tidur di tempat macam ini. Apa ia tidak khawatir, tiba-tiba air sungai meluap?

Saya segera mendekati rumah teramat sangat-sangat paling sederhana (RTSSPS) itu. Sebab isi perut makin tak bisa ditahan lagi. Langkah saya sempat terhenti, tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak di dalam rumah mungil. Sesuatu itu seperti bangun. Dan, kepalanya terlihat jelas. Rasanya wajah terasa pias dan pucat saat tahu apa yang bergerak itu. Saya segera bersiap-siap jika terjadi sesuatu membahayakan. Apalagi, saat kepalanya menoleh, dan lidahnya menjulur-julur mengerikan.
Guk, guk, gukkkkkkk!!
Anjing!
Sialan. Pekik saya membatin sembari ambil langkah seribu. Binatang paling saya takuti itu terus saja menyalak keras. Membuat jantung serasa mau copot, berlari melompati pagar. Baru berhenti pas di awal turun sungai. Menata napas yang kencang.
“Loh, kok cepat sekali mas?” tanya pak Tambal Ban. Saya tersenyum simpul. Gara-gara dicekam rasa takut, keinginan saya buang besar jadi hilang. Kembali saya duduk di kayu persegi panjang. “Iya. Terima kasih pak. Wah, nggak tau saya jadinya jika tak dikasih tahu tadi,” jelas saya pura-pura. Tetapi beruntung juga, salakan itu Anjing bisa redakan isi perut. Pak Tambal Ban cuma membalas senyum.

“Asli Surabaya pak?” tanya saya.
“Oh, tidak nak. Saya asli Nganjuk. Di Surabaya, saya hanya nyari nafkah,” katanya. Saya terhenyak. Dari Nganjuk? Sampai sejauh itu cari nafkah? Apa mencukupi hasilnya?
“Sehari bisa dapat pelanggan berapa pak?” tanya saya, untuk mengetahui taksiran penghasilan. “Kalau sekarang nggak nentu Nak. Nggak kayak zaman dulu. Kadang sehari malah nggak dapat objekan sama sekali. Kadang bisa dapat 3 atau 4 objekan. Kalau dapat banyak, tapi kan tenaga juga terbatas bila sekaligus.”
Saya manggut-manggut. Pembicaraan kami terus berlangsung, sembari pak Tambal Ban menyelesaikan tugas. Untuk urusan pulang kampung, pak Tambal Ban pulkam setiap bulan. Uang sebulan hasil nambal ia tabung sedemikian rupa sehingga cukup buat hidup di Surabaya, biaya pulkam dan tentu saja, buat tambahan nafkah istri dan anak-anaknya.
“Kenapa nggak nyari kerja di Nganjuk saja pak?”
“Haha, ya pekerjaan ini sudah saya mulai sejak tahun 80-an nak. Mau kerja di kampung, memangnya saya mau kerja apa? Sawah nggak punya. Ya nggak apa-apa, yang penting Tuhan masih memberikan saya pekerjaan, yang bisa buat nyukupi anak-istri,” katanya tenang. Saya terharu. Saya belum bisa membayangkan, bagaimana caranya bapak ini bisa mengatur biaya hidupnya. Hidup di bawah jembatan, mungkin bagian dari caranya menghemat pengeluaran.
“Sudah nak. Silahkan dicek dulu,” katanya. Saya segera cek kondisi ban. Setelah yakin ban sudah aman, saya memberinya uang nominal duapuluh ribuan.
“Waduh nakk. Ini kan masih pagi. Saya tak uang kembalian. Apa nggak ada yang pas saja?” saya memeriksa dompet, saku dan tas. Kosong melompong. “Sampean bawa saja dulu. Kalo dapat pecahan, ke sini lagi aja,” katanya mengusulkan. Baik banget sih, batin saya. “Tak usah kembalian pak. Buat sampean aja semuanya.”
“Loh? Semuanya? Uang sebanyak begini???
Sudah nak, nggak apa-apa kok. Rezeki itu
sudah ditentukan yang Mahakuasa. Sampean bawa saja.
Itu kebanyakan klo saya ambil semua. Kasihan sampean itu..”
“Santai aja pak. Ambil saja,” tegas saya.
“Sebanyak ini??” saya mengangguk heran. Ia menatap saya tak percaya. Sepertinya ia merasa nominal uang itu memang terlalu besar sebagai pembayaran nambal ban. Saya langsung hidupkan gas motor. Segera berlalu dari hadapannya. Meninggalkannya yang masih termangu.
Sepanjang perjalanan, saya tak habis pikir. Kok ya ada orang macam pak Tambal Ban. Sosok pekerja keras, mau hidup prihatin di rumah bawah jembatan, dan menabung uang meski tak seberapa demi anak-istri.
Lebih-lebih, ketika terngiang raut wajah tak percayanya ketika menerima uang dua puluh ribuan. Uang yang buat saya bisa habis 1-2 hari. Tapi buat pak Tambal Ban, mungkin bisa buat tambahan tabungan, buat pulkam dan beli oleh-oleh anak di rumah.
Saya jadi merasa bersalah sama Tuhan. Mengeluh karena pekerjaan dengan gaji yang tak seberapa, belum cukup buat beli rumah sendiri, mengeluh belum punya HP BB, mengeluh makan saja di warung biasa, bukan di restoran. Juga kenapa saya tidak ditakdirkan jadi anggota dewan saja, bisa beli mobil dan rumah sendiri.
Tetapi pak Tambal Ban kini berhasil mengubah semua kehidupan saya. Kini saya merasa sudah kaya raya. Ya, apa sih kebutuhan saya yang tak terpenuhi dalam hidup ini?
Motor saya punya, kontrakan bagus bisa saya sewa, pekerjaan satu tempat dengan keluarga saya miliki, handphone juga ada, televisi di ruang tamu, dan masih banyak lagi yang lain. Betapa, banyaknya anugerah rezeki dari yang Mahakuasa!
Satu lagi, untung saja saya bukan koruptor. Jadi, tak perlu masuk penjara.

KISAH NYATA KEBESARAN SANG MAHA TAK TERBATAS DI RUSIA Saling Menghargai sesama manusia.

KHOTBAH SEORANG PENDETA KRISTEN YANG MEMUJI AGAMA ISLAM MENGGEMPARKAN DUNIA

Kembali dunia maya dihiasi kekaguman manusia akan indahnya Islam. Kali ini rasa takjub akan kebesaran Rahmaan dan Rahiim Allah subhanahu wata’ala yang telah menghadirkan damainya Islam di muka bumi diucapkan oleh seorang Imam Besar Katolik Ortodok Dimitriv Smirnov. Berikut pernyataan Dimitriv yang terdokumentasi dalam video Youtube-nya yang tersebar secara viral melalui Whatsapp pada Kamis (9/10/2014).

Dimitriv Smirnov yang berbicara di hadapan ratusan jemaatnya mengatakan bahwa masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam, seperti dikutip dari The World Buletin News-Rusia.

“Kalian lihat..ketika Ummat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu pun orang yang berani melewati mereka karena di seluruh dunia di masjid-masjid dan jalan-jalan kota dipadati jutaan ribu Ummat Islam yang sedang bersujud kepada Tuhannya.

Saksikanlah…barisan juta umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan mengikuti shaf mereka masing-masing dan hal itu tidak perlu diajarkan. Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus diperintah.

Lalu apakah kalian melihat pemeluk kristen seluruh dunia bisa beribadah bersama? Dan hal itu tidak ada dalam kristen…kalian tidak akan pernah melihatnya.

Lihatlah mereka..orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan tapi pemeluk kristen malah sebaliknya.

Kalian tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu seorang pengemudi Muslim sering menyediakan jasa transportasinya untuk mengantarnya ke gereja di Mokswa.

Dan tiap wanita tua itu ingin memberinya upah tapi pengemudi Muslim selalu menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan yayasan.

Dengarkanlah persaksiannya…padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya. Tapi pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang lebih tua apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.

Keikhlasan pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ditemukan di antara pemeluk kristen yang [digembar-gemborkan] mengajarkan kasih..tapi pengemudi kristen dengan penuh belas kasih tidak meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Ia mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa transportasinya, tapi bukan sebagai seorang Muslim yang wajib menolong sesamanya.

Seorang Muslim justru lebih dekat dengan sang mesiah tapi orang kristen hanya ingin uang. Apakah kalian tidak merasakan itu?

Sebagaimana dalam prosesi penebusan dosa, siapa aja harus membayar pada pendetamu entah itu miskin atau manula wajib memaharkannya sebagai ritual pengampunan dosa.”

Ratusan jemaat yang mengikuti misa imam besarnya hanya terdiam dan merenung. Dimitriv pun melanjutkan ceramahnya.

“Saksikan juga…seorang Muslim tidak tertarik untuk mengambil upah dari orang-orang lansia. Mereka begitu ikhlas dengan sukarela membawakan barang-barang serta belanjaan wanita tua itu…sampai sang wanita tua itu hendak berdoa ke gereja sang pengemudi Muslim setia mengantar jemput wanita tua itu.

Inilah mengapa saya mengatakan masa depan Rusia akan didominasi pemeluk Islam dan negeri ini akan menjadi milik Islam. Kalian lihat pribadi yang berbudi luhur dan santun mampu membuat dunia tercengang ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat kristen.

Kalian mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris tapi itu hanya isu belaka yang pada kenyataannya Ummat Islam lebih mengedepankan tata krama serta kesopanan.

Walau mereka difitnah sebagai teroris tetapi populasi jumlah muallaf di Eropa dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk memeluk Islam. Itu karena para muallaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam yang dunia tuduhkan.

Sekarang dan selamanya, masa depan Rusia akan dimiliki Ummat Islam. Masa depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihatlah populasi Muslim di Rusia telah berjumlah 23 juta dan pemeluk kristen mngalami penurunan menjadi 18 juta lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.

Ini sebuah fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara bekas pecahan negara uni soviet mayoritas penduduknya Muslim yaitu republik Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu Ummat Islam juga telah menjamah kota-kota besar Rusia termasuk Moskwa.”

Imam besar Dimitriv mengakhiri khutbahnya dan turun dari mimbarnya dengan mata yang berair. Sementara para jemaatnya masih trpaku dan haru. Mereka tidak mnyangka seorang imam besar katolik bisa mengagungkan orang Muslim. Sebagian jemaat ada yang menangis melihat bagaimana ajaran Islam ternyata begitu berbudi luhur dan tidak layak di sebut “teroris”.

Maka Allah yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami dan mereka yang mencari hidayah-Mu di atas agama yang lurus ini. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.

Sumber : Arrahma


Kisah Kehidupan sang Tikus bersama sahabatnya

Sang Tikus kaget bukan kepalang. karena yang dibeli tuan rumah dalam paket belanja bulanannya  kali ini adalah perangkap tikus....karena panik dia segera minta tolong kepada sahabat hewan lainya

Ia segera berlari menuju kandang, mendatangi Ayam dan berteriak "ada Perangkap Tikus". Sang Ayam berkata "Maaf perangkap tikus itu untuk kamu, saya lebih besar dari perangkap itu, jadi kamu urus diri kamu sendiri saja"

Kecewa Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. dengan acuh Sang Kambing pun berkata ""Maaf perangkap tikus itu untuk kamu, jadi kamu urus diri kamu sendiri saja"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendpt jawaban sama."Saya lebih besar dari perangkap itu, jadi kamu urus diri kamu sendiri saja"

Lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang Ular berkata "Perangkap Tikus yg kecil tidak akan mampu mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Dan disuatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras Perangkap Tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat Perangkap Tikusnya, ternyata yang tertangkap adalah seekor Ular berbisa.

Buntut Ular yg terperangkap membuat Ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh Ular tersebut, sang Istri tetap harus dibawa ke rumah sakit.

Beberapa hari kemudian Istrinya demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker Ayam oleh suaminya.
Dengan segera ia "menyembelih ayamnya" untuk dimasak cekernya. Tetapi sakit sang Istri tak kunjung reda.

Seorang teman menyarankan untuk makan hati Kambing.
lalu pun"menyembelih Kambing" utk mengambil hatinya.

Istrinya tidak sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali org datang pada saat pemakaman, sehingga sang petani harus "menyembelih sapinya" untuk memberi makan para pelayat.

Akhirnya dari kejauhan sang Tikus hanya bisa menatap dgn penuh kesedihan. ....
karena perangkap tikus itu malah mengenai seluruh sahabat nya yang tiada peduli dan mengacuhkan dirinya..

PS : "Kelak ketika Anda Mendengar Seseorang dalam Kesulitan dan Mengira Itu Bukan Urusan Anda, Coba Pikirkanlah Sekali Lagi..~ Seandainya Materi belum ada, Tenaga & Fikiran bisa kita Bantukan...Seandainya itupun tidak bisa...DO'A Kanlah agar Indah Rohman RohimNYA bernaung dalam sanubari kita. Insya ALLAH Berkah di dunia akhirat.

Senin, 13 Oktober 2014

Kisah Baju Bekas Sang Legenda Michale Jordan

 
Kisah 3 Helai Baju Bekas dan Michale Jordan

Dia berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, ia melewati kehidupannya dlm lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kpdnya: “Menurutmu, brp nilai pakaian ini?” Ia menjawab: “Mungkin USD 1.” “Bisakah dijual seharga USD 2? Jk berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu “Saya akan mencobanya,” ia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual USD 2 dan berlari pulang,

Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kpdnya: “Coba engkau menjual seharga USD 20?” Bgmn mungkin? Pakaian ini paling hanya USD 2. Ayahnya berkata “Mengapa engkau tdk mencobanya dulu? ” Akhirnya, ia mendapatkan ide, ia meminta bantuan sepupunya utk menggambarkan seekor Donald Bebek yg lucu dan seekor Mickey Mouse yg nakal pada pakaian itu, ia lalu menjualnya di sekolah anak org kaya, dan laku USD25,

ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya: “Apakah engkau mampu menjualnya dgn harga USD 200?.Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York,sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya.dan kemudian terjual USD 1500.

Malam nya. Ayahnya bertanya: “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini apa yg engkau pahami?” Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya. ”Ayahnya menggelengkan kepala: “engkau tdk salah!

Tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yg bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?”

Sejak itu, ia belajar dgn lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal ke seluruh dunia. Ia adalah MICHAEL JORDAN!

Kisah Sang Pejuang

Kisah Ulama Kurus Penghancur Batu

Seorang pria bertubuh tinggi, besar dan gagah sedang berusaha memecah sebuah batu besar. Ia mulai memukul batu itu. Sekali, dua kali, tiga kali. Batu bergeming. Tak terlihat perubahan sama sekali, kecuali hanya terdengar suara tumbukan antara batu dan palu besi. Pria itu kembali memukul batu besar itu. Hingga akhirnya ia memutuskan berhenti saat pukulan keseratus tak juga berhasil memecah batu itu.

“Boleh aku membantumu?” sapa seorang Syaikh yang rupanya memperhatikan pria itu sejak beberapa waktu yang lalu. Pria gagah yang kini bersandar istirahat tampak tidak bersemangat menyerahkan palunya.

“Aku sudah memukulnya seratus kali. Batu itu belum juga pecah,” jawabnya. Ia berpikir, jika dirinya yang besar dan kuat saja tidak mampu, apalagi Syaikh tua yang kurus itu.

“Bismillahirrahmaanirrahiim,” ucap Syaikh memulai memukul batu.
“Dhuar,” bunyi tumbukan batu dan palu itu lumayan keras terdengar oleh Pria tersebut, meski tidak sekeras pukulannya.
“Dhuar,” pukulan kedua terdengar lebih keras.
“Dhuarrrrr,” ternyata batu itu pecah pada pukulan ketiga.

Sambil terheran-heran, pria itu menghampiri Syaikh. “Masya Allah Syaikh… Bagaimana Anda melakukannya. Anda sungguh kuat”

“Nak… bukan begitu. Batu itu memang akan pecah pada pukulan ke-103. Sewaktu pertama kali aku memukul, terlihat sedikit tanda-tanda retak. Karenanya aku lebih semangat dan kupukul lebih keras. Pada pukulan kedua, retak-retak terlihat jelas. Jadi kuhantam saja lebih keras dan alhamdulillah batu itu pecah. Sebenarnya, jika engkau memukulnya dengan tenagamu tadi, bisa saja batu itu pecah pada pukulan ke-102. Hanya saja, engkau tadi kurang sabar, terburu menyerah”

Seperti memecah batu, seringkali kita tidak sabar dalam berproses. Tidak sabar dalam berusaha. Tidak sabar dalam menggapai kesuksesan. Kita menyerah di langkah kesekian. Kita menyerah di hari ke sekian. Padahal jika kita meneruskan langkah kita, jika kita meneruskan upaya kita, kita segera bisa menuai hasilnya.

Paman Naopeon Hill pernah mengalaminya. Waktu itu ia menjual aset-asetnya dan mengumpulkan uang dari saudara-saudaranya untuk membeli alat tambang. Ia menemukan sebuah tambang emas di Corolado. Setelah menggali, ternyata bijih emas yang ia temukan hanya sedikit di permukaan. Selanjutnya hilang. Semakin dalam ia menggali, ia tak menemukan apapun. Ia pun putus asa dan menjual tambang berikut alatnya dengan harga murah. Oleh sang pembeli, penambangan itu dilanjutkan. Dan ternyata, hanya satu kaki dari galian terakhir, ditemukan berton-ton bijih emas.

Banyak orang berusaha menjadi pengusaha. Ada yang berhasil ada yang gagal. Apa yang membedakan? Ternyata orang-orang yang berhasil itu dulunya juga pernah mengalami kegagalan. Ia pernah rugi. Tapi ia tidak berhenti. Dan akhirnya berhasil. Sementara yang gagal, mereka langsung berhenti ketika mendapati dirinya gagal. Ada yang mencoba bertahan. Bulan pertama belum sukses, ia mencoba lagi. Bulan kedua belum balik modal, ia mencoba lagi. Tapi saat bulan keempat ia menyerah. Padahal boleh jadi, ia akan berhasil beberapa hari lagi.

Thomas A. Edison punya pengalaman serupa. Konon, sebelum berhasil menemukan lampu, ia gagal hingga seribu kali. Tapi ia tidak mau disebut gagal. Ia mengatakan, “Aku berhasil menemukan 1000 cara yang salah untuk menyalakan sebuah lampu”

Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang yang berdoa. Ada orang yang merasa telah berdoa ratusan kali. Ia telah berdoa sekian bulan. Tetapi doanya belum juga terkabul. Maka ia menghentikan doa itu dan berkesimpulan: “Allah tidak mengabulkan doaku.” Padahal bisa jadi, saat ia berdoa tiga hari lagi, Allah mengabulkan doanya.

Sungguh, kemenangan itu milik orang-orang yang sabar dan tak mengenal putus asa